Xi Jinping di Vietnam: Bersatu Hadapi Perang Tarif dan Jangan Takut pada AS
Kunjungan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, ke Vietnam pada awal kuartal 2025 bukan sekadar seremoni diplomatik biasa. Dalam momen yang sarat makna geopolitik ini, Xi mengirim pesan tegas dan strategis: Asia harus bersatu dan tidak gentar menghadapi tekanan ekonomi Amerika Serikat, terutama dalam bentuk perang tarif dan proteksionisme dagang.
Pernyataan tersebut disampaikan Xi dalam pertemuan bilateral tingkat tinggi dengan para pemimpin Vietnam. Ia mendorong Vietnam—dan secara implisit negara-negara Asia lainnya—untuk mempererat kerja sama ekonomi regional dan tidak menyerah pada tekanan dagang yang dilancarkan Washington.
Perang Tarif: Senjata Ekonomi Baru AS
Sejak beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat kembali menggunakan tarif impor sebagai alat negosiasi politik dan ekonomi, khususnya terhadap negara-negara yang dianggap mengancam dominasi industrinya. Produk-produk asal Tiongkok, Vietnam, hingga Meksiko telah menjadi sasaran kenaikan tarif demi melindungi industri domestik AS.
Bagi Tiongkok, kebijakan ini bukan hal baru. Namun, Xi menekankan bahwa “perang tarif bukan hanya ancaman bagi satu negara, melainkan bagi kestabilan perdagangan global.” Ia mengajak Vietnam untuk tidak menyerah pada tekanan tersebut dan justru memperkuat ketahanan ekonomi Asia melalui kerja sama regional.
Vietnam: Mitra Strategis dan Pesaing Global
Pilihan Vietnam sebagai tujuan kunjungan juga mencerminkan dinamika kompleks hubungan kedua negara. Di satu sisi, Vietnam adalah mitra dagang penting bagi Tiongkok, dengan nilai perdagangan bilateral yang terus tumbuh. Di sisi lain, Vietnam juga menjadi salah satu negara yang diuntungkan dari relokasi industri global akibat perang dagang AS-Tiongkok—menjadikannya secara tidak langsung sebagai pesaing manufaktur.
Meski begitu, Xi berusaha merangkul Vietnam dalam semangat “solidaritas Asia menghadapi tekanan Barat”, dengan menekankan pentingnya kestabilan, pembangunan bersama, dan perdagangan bebas di kawasan.
Ajakan Xi: Bangun Blok Ekonomi Regional yang Tangguh
Dalam pernyataannya, Xi Jinping menyebut bahwa negara-negara Asia tidak perlu takut bersaing, tetapi harus takut jika tidak bersatu. Ia mendorong penguatan skema perdagangan lintas Asia seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dan memperluas kerja sama teknologi, logistik, serta infrastruktur digital antarnegara Asia.
Xi juga menawarkan berbagai inisiatif kerja sama investasi, bantuan teknis, dan pembiayaan dalam skema Belt and Road Initiative (BRI) yang lebih inklusif, dengan jaminan transparansi yang lebih baik.
Respons Vietnam: Terbuka, Tapi Tetap Waspada
Meski menyambut baik ajakan kerja sama, pemerintah Vietnam dikabarkan tetap menjaga posisi netral dan berhati-hati dalam menanggapi ajakan Xi. Vietnam selama ini menjalankan kebijakan luar negeri yang seimbang, menjaga hubungan baik dengan Tiongkok sekaligus menjalin kemitraan strategis dengan AS dan Uni Eropa.
Namun, dalam pernyataan resminya, Vietnam menyatakan dukungan terhadap perdagangan bebas dan menolak tekanan ekonomi sepihak dari pihak manapun—sebuah sinyal diplomatik yang selaras dengan pesan Xi, tanpa harus sepenuhnya berpihak.
Asia di Persimpangan Jalan
Kunjungan Xi Jinping ke Vietnam dan seruannya untuk bersatu melawan perang tarif AS adalah refleksi dari dinamika baru geopolitik global, di mana kekuatan ekonomi tidak lagi bisa berdiri sendiri. Di tengah rivalitas dua raksasa dunia, negara-negara Asia kini dihadapkan pada pilihan strategis: ikut bersaing satu sama lain, atau bersatu untuk memperkuat posisi tawar kawasan.
Apakah Asia akan memilih jalan solidaritas seperti yang diserukan Xi, atau tetap bermain aman di antara dua kutub kekuatan dunia? Hanya waktu yang akan menjawab.