Langit Timur Flores Diselimuti Abu: Gunung Lewotobi Kembali Erupsi
Gunung Lewotobi kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan. Pada Selasa pagi, letusan terbaru dari gunung yang berada di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengirimkan kolom abu tebal yang membumbung tinggi ke langit, menyelimuti wilayah timur pulau dengan kabut kelabu yang dramatis.
Erupsi ini menjadi salah satu yang paling signifikan dalam beberapa bulan terakhir, memicu kewaspadaan masyarakat dan aparat penanggulangan bencana. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat kolom abu mencapai ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas puncak, dan menyebar ke arah timur laut mengikuti pola angin.
Langit Gelap, Warga Panik
Sejak dini hari, warga di sekitar lereng gunung telah mencium bau belerang yang menyengat dan melihat langit perlahan menggelap. Abu halus mulai turun membungkus atap rumah, kendaraan, dan lahan pertanian.
“Saat matahari belum terbit, kami sudah mendengar suara gemuruh dari arah gunung. Tak lama kemudian, langit seperti ditutupi kabut abu,” ungkap Maria, warga Desa Klatanlo, yang berada sekitar 10 km dari kawah.
Banyak warga terpaksa menggunakan masker atau kain basah untuk melindungi diri dari debu vulkanik, sementara sejumlah lainnya mengungsi secara mandiri ke tempat yang dianggap lebih aman.
Status Gunung dan Tanggap Darurat
PVMBG telah meningkatkan status Gunung Lewotobi Laki-laki ke Level III (Siaga), sementara zona bahaya diperluas hingga radius 5 kilometer dari pusat erupsi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur segera bergerak cepat dengan menyalurkan masker, menyiapkan posko darurat, serta mendata kebutuhan logistik pengungsi.
Kepala BPBD setempat mengatakan, “Kami telah meminta warga untuk tidak beraktivitas di zona merah. Tim evakuasi disiagakan selama 24 jam untuk mengantisipasi letusan susulan.”
Gangguan Penerbangan dan Dampak Lain
Erupsi ini juga berdampak pada penerbangan regional. Bandara Gewayantana di Larantuka dilaporkan menghentikan sementara aktivitas karena abu vulkanik berpotensi mengganggu keselamatan penerbangan. Selain itu, sektor pertanian di beberapa desa juga terkena imbas karena abu tebal melapisi tanaman.
Beberapa sekolah memilih meliburkan siswa, sementara aktivitas pasar dilakukan dengan sangat terbatas. Petugas kesehatan di desa-desa mulai menangani warga yang mengalami gangguan pernapasan ringan akibat paparan abu.
Letusan yang Membuka Mata
Letusan Gunung Lewotobi ini menjadi pengingat bahwa Indonesia, sebagai negara di lingkaran cincin api, harus terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana alam. Meski letusan gunung merupakan fenomena alam biasa, dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi tidak bisa diabaikan.
Pemerintah pusat dan daerah diharapkan bergerak cepat dalam memberikan bantuan dan memastikan jalur komunikasi serta distribusi logistik tetap berjalan lancar.
Langit kelabu di atas timur Flores bukan hanya simbol dari letusan alam, tetapi juga panggilan bagi semua pihak untuk bahu membahu dalam menghadapi bencana. Gunung Lewotobi telah berbicara, dan kini saatnya manusia merespons dengan kewaspadaan dan solidaritas.